Banyak yang berkata bahwa cerita akan meringankan
beban. Karenanya, bagus sekali bila kita memiliki teman curhat yang bisa
diandalkan. Namun, terkadang beban dan masalah itu terlalu berat dan curhat ke
teman sudah bukan solusi lagi. Sementara tekanan dan stres sudah begitu
mempengaruhi hidupmu. Kalau sudah begini, menemui psikolog bisa menjadi solusi.
Namun sayangnya, masih banyak sekali
stigma yang melekat pada mereka yang menemui psikolog. Mulai dari dianggap
tidak punya Tuhan karena memilih mengadu pada manusia, sampai dianggap gila.
Padahal, menemui psikolog bukan berarti kamu gila.
Curhat kepada teman saat ada masalah memang bisa
membantu melegakan hati. Namun, bertemu psikolog adalah hal yang berbeda. Sama
seperti kamu ke dokter saat flu berat dan nggak sembuh-sembuh, psikolog bisa
membantumu mencari tahu dan mengatasi masalahmu. Kalian jangan pernah ragu untuk
pergi ke psikolog bila hal ini sudah kamu alami. Sebab jika stres dan depresi
yang kamu alami sudah tidak main-main lagi.
1. Moodswingmu
luar biasa
Pada
setiap orang pasti mengalami momen sedih ataupun marah. Namun, biasanya mereka
bisa mengendalikan diri sehingga tidak terlarut di dalamnya sampai
meledak-ledak. Tetapi kini kamu kesulitan mengontrol emosimu sendiri. Terkadang
kamu merasa begitu marah, detik berikutnya kamu menangis hebat, lalu kamu
tertawa. Kamu juga sering merasa cemas dan panik atas sesuatu yang belum tentu
ada. Emosi itu seperti akan menelanmu, dan kamu tak akan bisa keluar dari sana.
2. Stres
yang kamu rasakan mulai mengganggu hidupmu
Beratnya
beban yang kamu pikirkan mulai mempengaruhi pola hidupmu. Terkait pola makan,
stres bisa menjelma menjadi dua bentuk. Bisa jadi kamu jadi kurang nafsu makan,
tetapi, bisa juga kamu jadi sangat banyak makan. Begitu juga dengan pola tidur
yang berantakan. Ada yang jadi sulit tidur, ada juga yang justru tidur melulu.
Selain itu, naik turunnya berat badan secara signifikan yang tidak berhubungan
dengan diet bisa jadi tanda juga lo.
3. Kamu
mulai bergantung pada hal-hal buruk untuk meredakan “sakit” yang kamu rasa
“Sakit” yang di dalam ini seringkali diingkari
keberadaannya. Karenanya sulit disembuhkan. Banyak orang yang kemudian mencari
pelampiasan di luar untuk menenangkan sakit yang di dalam. Mulai dari
mengonsumsi obat-obatan secara berlebihan, misalnya obat pereda sakit ataupun
obat tidur, hingga mengonsumsi narkoba. Ada juga yang memilih “meredam sakit”
dengan cara menyakiti diri secara fisik atau self harm. Kalau sudah begini,
kamu benar-benar butuh bantuan.
4. Banyak
hal yang dulu kamu sukai dan jadi salah satu hobi
Dulu
kamu senang menulis, menggambar, membuat puisi, membuat kerajinan tangan, atau
sekadar jalan-jalan dengan teman di akhir pekan. Dulu, hal-hal itu bisa menjadi
obat paling mujarab penghilang stres dan lelahmu. Namun sekarang, rasanya
hal-hal itu tak lagi menarik hatimu. Melakukan, yang dulu bisa membuat
perasaannmu nyaman dan senang, kini terasa menjadi hambar. Fungsi yang dahulu
dapat kamu rasakan, sudah menjadi perlahan menghilang karena ketertarikanmu
atas segala sesuatu juga pudar.
5. Muncul
pikiran untuk berhenti hidup, yang semakin lama semakin besar
Seburuk-buruknya
demotivasi, adalah hilangnya semangat untuk melanjutkan hidup. Tiba-tiba kamu
berpikir bahwa segala hal ini sangat melelahkan dan kamu ingin mengakhirinya
dengan jalan pintas, yaitu bunuh diri. Di sini, biasanya diikuti pula dengan
perasaan tidak berharga. Kamu mulai berpikir “Ah, paling juga nggak ada yang
sedih kalau aku matu. Nggak ada yang nyariin kalau aku nggak ada”. Perasaan
seperti ini mungkin sering dianggap lebay dan dilabeli dengan kata “galau”.
Padahal bila tidak ditangani, bisa sangat berbahaya.
6. Sakit
di mental juga berbahaya untuk kesehatan tubuh.
Gejala
depresi yang sudah berbahaya juga bisa dilihat dari kondisi fisikmu. Sebab apa
yang ada di pikiran, sangat besar pengaruhnya ke badan. Kecemasan dalam pikiran
bisa memicu asam lambung menggila. Sedang sesaknya pikiran dengan beban dan
tekanan membuat syaraf-syaraf dan otot tegang. Tak heran bila kamu sering
migrain berkepanjangan. Sakit secara fisik ini bisa diatasi dengan membenahi
pula apa yang ada di dalam.
Setiap
orang pasti memiliki masalah. Apa yang mungkin bagi seseorang hanyalah urusan
yang sepele, bisa menjadi sesuatu yang prinsipil bagi orang lain. Karenanya,
toleransi akan tekanan dan stres setiap orang pun berbeda. Tak perlu malu dan
ragu untuk menemui psikolog karena memang tidak ada yang salah dengan hal itu.
Kamu tidak gila kok, kamu hanya sedang menolong dirimu sendiri. Yuk, lebih
peduli lagi dengan kondisi diri sendiri 🙂